“Sebuah perjalanan panjang selalu diawali dengan permulaan yang luar biasa”, salah satu kalimat yang diungkapkan oleh Yustinus Kresna, selaku Ketua Pelaksana Newcomers’ Concert PSM UGM 2018. PRELUDE.
Yogyakarta (14/4) – Sabtu, 14 April 2018 menjadi momentum bagi anggota PSM UGM Batch 47 untuk bisa unjuk kebolehan dalam bernyanyi. Mereka tergabung dalam sebuah Newcomers’ Concert yang dilaksanakan di Syantikara Youth Centre. Setelah angkatan 47 resmi dilantik pada bulan Desember 2017 lalu, mereka fokus untuk mempersiapkan konser. Dengan persiapan yang matang, baik dari segi suara, fisik dan juga mental, PSM UGM Batch 47 berhasil membuktikan apa yang telah mereka latih dan persiapkan selama kurang lebih tiga bulan, di konser tersebut.
Athitya Diah Natalia Monica, selaku pelatih dan juga konduktor dari PSM UGM mempersiapkan beberapa lagu yang dibawakan saat konser dengan menggunakan komposisi yang pas dan juga mempertimbangkan dengan kemampuan dari anggota baru PSM UGM Batch 47.
Acara tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam. Dimulai pukul 19.00 WIB dan berakhir pada pukul 21.00 WIB. PSM UGM Batch 47 menghadirkan dua sesi penampilan, sesi pertama diisi dengan lagu-lagu sacred dan juga mixed, lalu dilanjutkan penampilan dengan kategori lagu rakyat Indonesia serta lagu pop.
Empat lagu di sesi pertama adalah Deus In Adiutorium Meum Intende (Juan Guttieres de Padilla), If Ye Love Me (Thomas Tallis), Waldesnacht (Johannes Brahms) dan Daemon Irrepit Callibus (Gyorgy Orban). Lalu untuk lagu-lagu di sesi kedua adalah In My Life (John Lennon & Paul McCartney, Arr. Steve Zegree), Rosas Pandan (Visayan Folksong, Arr. George G. Hernandez), Prau Layar (Ki Narto Sabdo, Arr. Yosia Elnino & Benedicta Khrisna) dan lagu terakhir sekaligus menutup rangkaian Newcomers’ Concert 2018 adalah Paris Barantai (H. Anang Ardyansyah, Arr. Mahardika K. Simbolon).
Konser PSM UGM kali ini sangat berbeda dari konser-konser sebelumnya. Panitia memanfaatkan waktu dan atensi audiens dengan baik. Waktu istirahat yang biasanya menghabiskan durasi hingga 15 menit, kala itu tergantikan oleh sebuah penampilan Mini Resital yang pertama kalinya diadakan oleh PSM UGM.
Mini Resital biasanya identik dengan sebuah konser, dimana para penyanyi diwajibkan untuk bernyanyi secara tunggal dengan membawakan lagu-lagu yang bergenre seriosa. Menghadirkan penyanyi-penyanyi berbakat dari PSM UGM mulai dari angkatan 43 hingga 46. Mereka adalah Thomas Julio Aji Setiawan (Tenor 44) yang membawakan lagu Srikandi karya Mochtar Embut. Selanjutnya adalah Wedha Rizky Ayu Prastiti (Alto 45) yang menampilkan lagu Ah Mio Cor cipta Giorgio F. Handel. Penampilan ketiga dinyanyikan oleh Clarina Dewi Nugrahanti (Sopran 46) dengan lagu Still We Die Nacht buah karya Carl Bohim. Tak lupa dengan persembahan dari penyanyi Bass 43, Bernardinus Danang Krisna Aji Pratama dengan lagu Setitik Embun, Mochtar Embut. Dan ditutup oleh Agustina Tri Kinasih (Sopran 45) dengan menghadirkan lagu O Mio Babbino Caro oleh Giacomo Puccini. Diiringi oleh dua pianis yang juga dari anggota PSM UGM, yakni Tori Netanya Wirja (Sopran 45) dan Yosia Elnino Yuananda yang merupakan mahasiswa Teknologi Informasi UGM 2016.
Newcomers’ Concert PSM UGM 2018 kali ini dihadiri oleh Ibu Antari Innaka Turingsih, S.H., M.Hum. selaku Pembina PSM UGM serta Bapak Dr. R. Suharyadi, M.Sc selaku Direktur Kemahasiswaan UGM. Bapak Suharyadi menuturkan bahwa konser PSM UGM kali ini sangat berbeda dari konser-konser yang sebelumnya, dimana para penyanyi dapat menunjukkan kemampuan terbaiknya dan bisa membuat penonton menjadi lebih antusias. Beliau juga berharap, semoga acara ini bisa memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa untuk bisa mengikuti kegiatan non-akademis yang disediakan oleh Universitas Gadjah Mada.
Hal yang selalu ditunggu-tunggu di setiap berakhirnya rangkaian konser PSM UGM adalah dikumpulkannya seluruh keluarga besar PSM UGM untuk bisa bernyanyi bersama di atas panggung. Dengan menyanyikan Hymne Gadjah Mada dan As Long As I Have Music, irama semangat dan juga memori-memori yang pernah menjadi bagian dari perjalanan PSM UGM selalu muncul kembali. Menjadi saksi dan juga momentum untuk bisa mengembangkan dan memberikan yang terbaik, tentunya bagi PSM UGM, Universitas Gadjah Mada dan juga Indonesia. (Julian Hadi Prasetyo /Bass 44)